Dalam Alquran banyak ayat memerintahkan untuk berpikir, bahkan sering menyindir dengan keras mengapa manusia jarang sekali berpikir sehingga sulit mendapat hidayah kebenaran. Alquran sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw terletak pada kandungan intelektual di dalamnya, berbeda dengan mukjizat para nabi terdahulu yang kebanyakan bersentuhan dengan hal-hal magis. Alquran memerintahkan kita untuk berpikir merenungi kehebatan ciptaan Allah SWT di alam semesta, kejadian umat terdahulu, perumpamaan, serta masih banyak lagi yang kesemuanya menggunakan pendekatan untuk berpikir dan merenung dengan baik.
Ajaran Islam dan juga para ahli memuliakan sikap berpikir. Sungguh mengherankan, dalam ajaran islam diperintahkan untuk selalu berpikir,menelaah, meneliti, dan mengambil hikmah dari alam semesta, namun kebanyakan umat muslim sekarang justru tidak memahami hal ini. Banyak orang muslim yang tidak paham bahwa berpikir sangat ditekankan dalam ajaran islam. Akibatnya umat muslim sekarang mengalami kemunduran dibanding umat-umat lainnya. Padahal berpikir adalah sumber kekuatan bagi manusia untuk mencapai kemajuan dalam peradaban dan mendekatkan diri pada allah swt.
Tujuan Berpikir (Al-Fikr) dalam
Alquran
a. Mendapatkan Kebenaran;
Dalam surah Al-An’Am
ayat 50, ayat ini
memerintahkan manusia berpikir agar mendapatkan kebenaran dan terhindar dari
kesesatan/takhayul. Ayat ini berusaha meluruskan pandangan sesat kaum Quraisy
tentang kenabian, maka mereka diperintahkan untuk berpikir kembali. Bahkan Allah
menyindir bahwa tidak sama orang yang berpikir dengan yang tidak, ibarat orang yang
buta dengan orang yang melihat. Dalam surah An-Nahl
ayat merupakan penegasan kenabian supaya
mereka memikirkannya sehingga dapat mengetahui kebenaran tentang apa yang
dibawa rasul pada mereka yaitu wahyu dan syariat. Apa yang dibawa rasul adalah
peringatan dan membawa kebaikan, maka hendaklah mereka memikirkannya.
b. Mengamalkan Syariat Islam;
Sebelum
mengamalkan syariat Islam, manusia harus meyakini terlebih dahulu bahwa
syariat Islam adalah benar begitupun dengan orang yang membawa risalahnya.
Al-Qur’an
mengajak manusia memikirkan
bahwa Nabi Muhammad Saw adalah benar bukanlah pendusta. Al-Araf
ayat 184 membantah tuduhan buruk kaum Quraisy
terhadap Nabi Muhammad Saw. Surah Saba’ ayat 46 mengajak mereka untuk memikirkan kembali
siapa sebenarnya Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an
mengajak manusia
untuk memikirkan apa yang terdapat dalam risalah itu. Surah Al-Baqarah ayat 219
merupakan ajakan Al- Qur’an
untuk memikirkan syariat Islam
mengenai pelarangan khamr karena
keburukannya yang lebih banyak dibandingkan dengan manfaatnya. Begitupun dengan
syariat Islam yang melarang sikap riya dalam setiap amalan. Surah Al-
Baqarah ayat 266 menjelaskan perumpamaan mengenai perilaku riya agar manusia
lebih bisa memahami dan menghayatinya. Bahkan dalam Al-Hasyr ayat 21 menegaskan
bahwa Alquran yang mengandung syariat ini merupakan tanggung jawab yang besar
yang diberikan pada manusia. Jika diberikan pada gunung niscaya gunung itu
hancur akibat ketakutannya tidak bisa menjaga amanah ini. Sungguh disayangkan
kebanyakan manusia malah mengabaikan tidak memikirkannya apalagi mengamalkannya.
c. Lebih
dekat dengan Allah SWT
Berpikir dengan baik dapat membuat seseorang
mengenal Allah Swt sehingga lebih dekat dengan-Nya sebagaimana
surah Al-Mudaṡṡir ayat 8 mengenai Al-Walid Al-Mughirah yang sempat dekat dengan
petunjuk Allah, namun setelah itu ia malah memilih
mengikuti hawa nafsunya. Adapun dalam surah Al-Imran
ayat 191 menggambarkan
dengan jelas bagaimana orang yang selalu memikirkan dan mengingat
kekuasaan Allah Swt akan selalu dekat
dengan Allah Swt. Dalam surah Al-Jaṡiyah
ayat 13, An-Nahl ayat 11 dan 69, Ar-Rūm
ayat 8, dan Ar-Ra’d
ayat 3 Allah Swt mengajak manusia memikirkan bagaimana hebatnya alam semesta
yang telah Allah ciptakan dan tundukan. Semua keteraturan dan
keberagaman yang ada di alam semesta tak mungkin tercipta dengan sendirinya.
Hal ini membuktikan adanya zat sebagai pencipta dan pengaturnya
yaitu Allah Swt.
d. Berakhlaq baik
Dari surah Al-Baqarah ayat 219 dan 266 bahwa
Allah
memerintahkan manusia untuk berpikir
mengenai hal-hal yang dapat menghalangi bahkan merusak manusia dari perbuatan
baik, yaitu khamr dan riya. Efek buruk dari khamr adalah
menghalangi fungsi akal dari membedakan sesuatu yang baik dan buruk, orang yang
terbiasa mengkonsumsinya akan sulit berakhlak baik. Adapun bahaya dari riya
dapat merusak dan menghapus amalan baik. Manusia tidak akan mampu berakhlak
baik jika dilandaskan riya. Amalan baik yang dilandasi
karena Allah maka akan bertambah
rasa cintanya pada Allah, sedangkan amalan berlandaskan nafsu dan
duniawi maka akan bertambah cinta pula ia padanya dan melupakan
Allah.
Sungguh bahaya jika amalan baik manusia
disandarkan pada nafsu dan duniawi seperti harta, jabatan, dan syahwat, jika
tak ada hal itu mungkin ia tidak akan melakukan kebaikan lagi. Inilah bahaya
dari khamr dan riya, maka hendaklah manusia memikirkannya sehingga
mengatahui bahayanya dan bisa berakhlak baik sesuai fitrahnya.
Manfaat Berpikir (Al-Fikr) dalam
Alquran
a. Mengetahui Hikmah dari Syariat Islam
b. Mengetahui Hikmah dan Tujuan Ciptaan
Allah;
c. Termotivasi Melakukan Kebaikan;
d. Diangkat Derajatnya
e. Terhindar dari Hawa Nafsu
f. Mendapatkan Ilmu Pengetahuan.
Kedudukan Berpikir (Al-Fikr) dalam
Alquran
a. Berpikir
Sangat Dimuliakan Allah
Perintah untuk berpikir begitu jelas di
dalam Alquran, bahkan Alquran mengecam orang-orang yang tidak mau berpikir
sehingga tidak bisa mengambil pelajaran atau hikmah. Dalam surah Al-Araf
ayat 176 Allah
akan meninggikan derajat orang-orang yang mau menggunakan
pikirannya dan menghinakan orang yang tidak mau berpikir. Adapun dalam surah
Al-An’am
ayat 50 Alquran membedakan orang yang berpikir sebagai
orang yang bisa melihat dibandingkan dengan orang yang tidak berpikir seperti
orang buta. Maka dari itu tentunya berpikir dalam Alquran sangat dimuliakan.
b. Mendapat Rahmat dan Terhindar dari Azab;
Dalam
surah Saba’ ayat 46 memerintahkan manusia untuk berpikir mengenai Nabi Muhammad
dan ajaran yang dibawanya. Ia merupakan peringatan bagi manusia agar mereka
memikirkan kandungannya sehingga mendapatkan rahmat Allah
dan terhindar dari azab yang keras.
Cara Berpikir (Al-Fikr) Menurut Alquran
a. Berpikir dengan Hati yang Bersih;
Alquran memerintahkan manusia untuk
berpikir bukan hanya dengan akalnya yang cerdas namun juga harus diiringi oleh
hati yang bersih. Tidak sedikit orang-orang yang cerdas dalam berpikir namun
dicekal oleh Alquran. Misalnya surah Al-Mudaṡṡir ayat 18 menceritakan Al-Walid Al-Mugirah seorang yang pandai
yang ditunjuk kaumnya. Ketika berpikir dengan jernih ia mendapatkan kebenaran, namun
ketika dipengaruhi kaumnya tentang kedudukannya dan hartanya membuat Al-Walid
berpaling dari kebenaran. Begitupun surah Al-Araf
ayat 176, ayat ini mengecam orang yang memperturut nafsu dan
syahwatnya padahal Allah
menjanjikan derajat yang tinggi bagi
orang yang menjauhinya. Berpikir objektif tanpa mengikuti kecenderungan nafsu
pribadi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kebenaran. Orang yang berpikir
dilandaskan dorongan kepentingan tertentu akan sulit menerima kebenaran.
b. Berpikir dengan Rasio/Logika Akal yang
Benar disertai Bimbingan Wahyu;
Dalam Alquran berpikir dengan akal logika
saja tidaklah cukup, melainkan harus disertai bimbingan wahyu. Akal memiliki
keterbatasan sehingga membutuhkan tuntunan langsung dari Allah
berupa wahyu yang disampaikan pada
seorang Rasul-Nya. Dalam surah Al-Araf ayat 184 Al-Qur’an mengajak berpikir dengan benar melakukan pengecekan
dan penelaahan kembali dengan
akal yang baik mengenai Nabī Muhammad Saw. Berbagai tuduhan yang dilontarkan
padanya sama sekali tidak benar karena berdasarkan nafsu dan bukan akal sehat
yang benar. Kemudian dalam surah Al-An’am ayat 50 bahwa apa yang diajarkan Rasulullah saw tersebut didasarkan
pada wahyu. Al-Qur’an
membedakan orang yang mampu menangkap
kebenaran wahyu dengan yang tidak.
c. Berpikir Luas dengan Cara yang Sederhana
agar Mudah Dipahami;
d. Terbuka dengan Pemikiran Orang Lain
Alquran memerintahkan manusia untuk
berpikir dengan baik dan memiliki sifat keterbukaan untuk mendapatkan kebenaran.
Dalam surah Saba ayat 46 Allah Swt memerintahkan manusia untuk terbuka menerima pendapat orang
lain dengan cara saling berdialog dan berdiskusi memikirkan bersama-sama mengenai
kebenaran ajaran yang dibawa Rasul Allah.
Sifat keterbukaan menerima pendapat orang
lain harus dimiliki seseorang agar ia bisa menerima kebenaran dari pendapat orang
lain dan bersikap toleran.
e. Berpikir dari Proses hingga Dampak yang
Dihasilkan.
Perintah berpikir dalam Alquran harus dilakukan secara komprehensif dari proses hingga dampak yang dihasilkan. Kegiatan berpikir selain harus dilakukan dengan baik dan benar juga harus membawa manfaat.
Nah itulah sekilas tentang konsep
berpikir dalam islam. Apabila ada kata-kata yang kurang tepat, Penulis mohon
maaf.