“Kejujuran adalah barang langka saat ini”, demikian kata orang-orang karena melihat banyaknya kasus korupsi dan berbagai penyelewengan di tengah masyarakat. Bersikap jujur merupakan salah satu ajaran islam yang bersifat ibadah. Dalam konteks sekarang ini, kejujuran rasanya sangatlah penting untuk dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap muslim.
Arti Kejujuran
Kejujuran dalam bahasa arab adalah ash-shidqu yang diambil dari kata shadaqa. Menurut ibnu faris dalam mu’jam maqayis al-lughah, kata shadaqa memiliki makna : kekuatan terhadap suatu perkara, baik itu perkataan maupun yang lainnya. Disebutkan pula bahwa ash-shidqu merupakan antonym dari kebohongan (al-kadzib).
Raghib al-Ashfahani, mengartikan kejujuran sebagai kesesuaian antara hati nurani dan informasi terhadap perkataan itu secara bersamaan. Sementara itu, Abu al-Biqa’I berkata, Kejujuran adalah informasi yang cocok dengan situasi dan keyakinan bahwa informasi itu tepat. Dari kedua hal tersebut menyiratkan makna yang sama bahwa sebuah informasi bisa disebut jujur kalau faktanya memang apa adanya dan ada keyakinan dalam hati.
Pandangan
Islam tentang Kejujuran
Telah disebutkan sebelumnya, dalam
Islam kejujuran dikenal sebagai ash shidqu. Istilah
ini juga dijadikan sebagai julukan bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang memiliki sifat jujur. Kejujuran, dalam Islam memiliki keutamaan
tersendiri dan akan menjadi penyebab datangnya pahala dan rahmat dari Allah.
Seseorang yang memiliki sifat
jujur akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi dari Allah. Hal ini
tercermin dalam firman Allah di surat Al-Ahzab ayat
35 yang artinya, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang
muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang sidiqin (benar), laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar”.
Dari ayat di atas, kita tahu bahwa
jujur atau bertindak benar, termasuk dalam salah satu sifat mulia yang
mendatangkan ampunan dari Allah. Tentu kita ingin termasuk orang-orang yang
diampuni, maka kita pun harus bersikap jujur.
Kejujuran
merupakan jalan yang lurus dan penuh keselamatan dari azab di akhirat yang
keras. Bahkan, tidak hanya untuk bersikap jujur, Allah juga memerintahkan kita
untuk bersama orang-orang yang jujur. Dalam surat at Taubah ayat 119, Allah
berfirman, ““Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang sidiqin”. Bersama
dengan orang-orang yang jujur diharapkan akan membuat kita untuk terbiasa
menjaga kejujuran juga dalam diri kita.
Kebalikan dari sifat jujur adalah sifat khianat atau berbohong. Sifat ini amat dibenci oleh Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang munafik. Hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila bebicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi, dan jika dipercaya khianat” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Maka, jika kita ingin menjadi umat Islam yang baik dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, kita harus selalu bersifat jujur. Dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar telah jujur hingga ia di catat di sisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya kebohongan itu menunjukkan kepada kedzaliman. Dan sesungguhnya kedzaliman itu menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seorang laki-laki telah berbuat dusta hingga ia di catat disisi Allah sebagai pendusta”.
Macam-Macam
Kejujuran dalam Islam
Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:
1. Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.
4. Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.
5. Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal yang dia alami di hidupnya.
Sebagai
manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha untuk menerapkan
kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun penerapannya pasti sungguh sulit,
kita harus selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat dusta atau khianat.
Begitu banyak godaan ataupun cobaan yang mendorong kita untuk berbuat tidak
jujur. Namun, kita harus ingat bahwa barang siapa yang mampu mewujudkan sifat
jujur dalam segala aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat sebagai seorang
hamba yang shiddiqin dan kehidupan dunia akan
membawanya ke surga di akhirat kelak.
Mewujudkan
kejujuran dalam segala aspek kehidupan seperti yang disebutkan di atas secara
tidak langsung akan menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Misalnya, dia tidak akan bersifat riya’, karena dia jujur dengan niatnya
melakukan sesuatu yang hanya mencari ridha Allah. Dia juga akan menjauh
dari ghibah atau perbuatan fitnah, karena dia jujur
dengan ucapannya yang tidak akan berbohong, apalagi jika menyangkut orang lain.
Masih banyak lagi manfaat berbuat jujur yang bisa menyelamatkan kita dari
perbuatan yang dosa.
Pahala untuk Orang yang Jujur
1. Masuk surga
Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur! Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkannya ke Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq (orang yang jujur)”.
2. Dekat dengan para Nabi
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Quran surat an Nisaa’ ayat 69, “Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh, mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. Hal ini pasti merupakan impian setiap muslim, untuk bisa bersama dengan para nabi, para sahabat dan orang-orang sholeh. Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena kita digolongkan sama derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
3. Membuat hati tenang
Tidak hanya ganjaran di akhirat, berbuat jujur ternyata juga akan membawa kenikmatan di dunia. Dengan berbuat jujur, kita akan merasakan hati yang tenang, bebas dari kekhawatiran dan rasa was-was yang tidak perlu. Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan bohong adalah kecemasan”. Sungguh Allah Maha Pengasih yang telah menganugerahkan ganjaran mulia langsung di dunia untuk orang-orang yang jujur.
4. Menaikkan derajat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa meminta kepada Allah mati syahid dengan jujur, Allah angkat dia ke tingkatan orang-orang yang syahid”.
5. Mendatangkan berkah
Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penjual dan pembeli (memiliki) pilihan sebelum mereka berdua berpisah, jika berdua berkata jujur dan menjelaskan (kekurangannya) maka diberkahi jual beli mereka. Dan jika berdua menyembunyikan
Dari ganjaran yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak hanya diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia. Maka, alangkah baiknya jika kita mulai membiasakan berbuat jujur dan menjauhkan diri dari perbuatan dusta atau bohong yang menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar