Kamis, 22 April 2021

Pojok Kerohanian Part3 ~ Berani Jujur Itu Hebat ✔

 


“Kejujuran adalah barang langka saat ini”, demikian kata orang-orang karena melihat banyaknya kasus korupsi dan berbagai penyelewengan di tengah masyarakat. Bersikap jujur merupakan salah satu ajaran islam yang bersifat ibadah. Dalam konteks sekarang ini, kejujuran rasanya sangatlah penting untuk dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap muslim.

Arti Kejujuran

Kejujuran dalam bahasa arab adalah ash-shidqu yang diambil dari kata shadaqa. Menurut ibnu faris dalam mu’jam maqayis al-lughah, kata shadaqa memiliki makna : kekuatan terhadap suatu perkara, baik itu perkataan maupun yang lainnya. Disebutkan pula bahwa ash-shidqu merupakan antonym dari kebohongan (al-kadzib).

Raghib al-Ashfahani, mengartikan kejujuran sebagai kesesuaian antara hati nurani dan informasi terhadap perkataan itu secara bersamaan. Sementara itu, Abu al-Biqa’I berkata, Kejujuran adalah informasi yang cocok dengan situasi dan keyakinan bahwa informasi itu tepat. Dari kedua hal tersebut menyiratkan makna yang sama bahwa sebuah informasi bisa disebut jujur kalau faktanya memang apa adanya dan ada keyakinan dalam hati.

Pandangan Islam tentang Kejujuran

Telah disebutkan sebelumnya, dalam Islam kejujuran dikenal sebagai ash shidqu. Istilah ini juga dijadikan sebagai julukan bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki sifat jujur. Kejujuran, dalam Islam memiliki keutamaan tersendiri dan akan menjadi penyebab datangnya pahala dan rahmat dari Allah.

Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi dari Allah. Hal ini tercermin dalam firman Allah di surat Al-Ahzab ayat 35 yang artinya, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang sidiqin (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa jujur atau bertindak benar, termasuk dalam salah satu sifat mulia yang mendatangkan ampunan dari Allah. Tentu kita ingin termasuk orang-orang yang diampuni, maka kita pun harus bersikap jujur.

Kejujuran merupakan jalan yang lurus dan penuh keselamatan dari azab di akhirat yang keras. Bahkan, tidak hanya untuk bersikap jujur, Allah juga memerintahkan kita untuk bersama orang-orang yang jujur. Dalam surat at Taubah ayat 119, Allah berfirman, ““Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang sidiqin”. Bersama dengan orang-orang yang jujur diharapkan akan membuat kita untuk terbiasa menjaga kejujuran juga dalam diri kita.

Kebalikan dari sifat jujur adalah sifat khianat atau berbohong. Sifat ini amat dibenci oleh Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang munafik. Hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila bebicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi, dan jika dipercaya khianat” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Maka, jika kita ingin menjadi umat Islam yang baik dan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, kita harus selalu bersifat jujur. Dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan kepada surga, dan sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar telah jujur hingga ia di catat di sisi Allah sebagai orang jujur. Sesungguhnya kebohongan itu menunjukkan kepada kedzaliman. Dan sesungguhnya kedzaliman itu menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seorang laki-laki telah berbuat dusta hingga ia di catat disisi Allah sebagai pendusta”.

Macam-Macam Kejujuran dalam Islam

Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut, sebagai berikut:

1. Jujur dalam niatnya atau kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu atau bertindak dengan dorongan dari Allah.

2. Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang yang berkata sesuai dengan apa yang dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan kejujuran.

3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh sesuai dengan apa yang ada dalam batinnya.

4. Jujur dalam janji, artinya dia selalu menepati janji yang telah diucapkan kepada manusia. dia hanya mengucapkan janji yang dia tahu bisa dia tepati.

5. Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal yang dia alami di hidupnya.

Sebagai manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha untuk menerapkan kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun penerapannya pasti sungguh sulit, kita harus selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat dusta atau khianat. Begitu banyak godaan ataupun cobaan yang mendorong kita untuk berbuat tidak jujur. Namun, kita harus ingat bahwa barang siapa yang mampu mewujudkan sifat jujur dalam segala aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat sebagai seorang hamba yang shiddiqin dan kehidupan dunia akan membawanya ke surga di akhirat kelak.

Mewujudkan kejujuran dalam segala aspek kehidupan seperti yang disebutkan di atas secara tidak langsung akan menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang. Misalnya, dia tidak akan bersifat riya’, karena dia jujur dengan niatnya melakukan sesuatu yang hanya mencari ridha Allah. Dia juga akan menjauh dari ghibah atau perbuatan fitnah, karena dia jujur dengan ucapannya yang tidak akan berbohong, apalagi jika menyangkut orang lain. Masih banyak lagi manfaat berbuat jujur yang bisa menyelamatkan kita dari perbuatan yang dosa.

Pahala untuk Orang yang Jujur

1.  Masuk surga

Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur! Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkannya ke Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq (orang yang jujur)”. 

2. Dekat dengan para Nabi

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Quran surat an Nisaa’ ayat 69, “Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rosul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Alloh, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh, mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. Hal ini pasti merupakan impian setiap muslim, untuk bisa bersama dengan para nabi, para sahabat dan orang-orang sholeh. Ganjaran ini merupakan kenikmatan karena kita digolongkan sama derajatnya dengan orang-orang yang mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Membuat hati tenang

Tidak hanya ganjaran di akhirat, berbuat jujur ternyata juga akan membawa kenikmatan di dunia. Dengan berbuat jujur, kita akan merasakan hati yang tenang, bebas dari kekhawatiran dan rasa was-was yang tidak perlu. Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tinggalkanlah perkara yang meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan bohong adalah kecemasan”. Sungguh Allah Maha Pengasih yang telah menganugerahkan ganjaran mulia langsung di dunia untuk orang-orang yang jujur.

4. Menaikkan derajat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa meminta kepada Allah mati syahid dengan jujur, Allah angkat dia ke tingkatan orang-orang yang syahid”.

5. Mendatangkan berkah

Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penjual dan pembeli (memiliki) pilihan sebelum mereka berdua berpisah, jika berdua berkata jujur dan menjelaskan (kekurangannya) maka diberkahi jual beli mereka. Dan jika berdua menyembunyikan

Dari ganjaran yang disebutkan di atas, kita mengetahui bahwa kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat jujur, tidak hanya diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia. Maka, alangkah baiknya jika kita mulai membiasakan berbuat jujur dan menjauhkan diri dari perbuatan dusta atau bohong yang menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. 


Sabtu, 17 April 2021

Pojok Kerohanian Part2 ~ Manajemen Waktu ✔



 "Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS. Al-Mu'min [40]:39)


Di dalam islam waktu adalah perkara yang mendapatkan perhatian besar. Ketika menjelaskan tentang nikmat-nikmatnya, Allah SWT berfirman : "Dan dia telah menundukan matahari dan bulan bagimu yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukan malam dan siang bagimu. Dan dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim [14]: 33-34)

Allah juga sering kali bersumpah dengan bagian-bagian waktu, seperti waktu malam, waktu siang, shubuh, dhuha, ashar, dan lainnya. Para ahli tafsir berpendapat bahwa jika Allah bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa penting hal tersebut, dan berarti bahwa Allah sedang mengarahkan perhatian umat islam terhadapnya. Allah SWT berfirman: "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang benderang." (QS. Al-Lail [92]: 1-2)

Diantara tabiat waktu, sebagaimana diulas oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi adalah sebagai berikut :

Waktu cepat berlalu.

Andaikan seseorang mencoba untuk merenungi tentang waktu yang sudah ia lewati. Siapa yang berumur dua puluh tahun, tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun dan seterusnya, ia akan merasakan betapa cepat waktu puluhan tahun itu berlalu.

Al-Quran juga menegaskan hal itu ketika ia menggambarkan diantara fenomena hari kebangkitan nanti. Allah SWT berfirman : "Pada hari ketika mereka melihat hari kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (didunia) pada waktu sore atau pagi hari." (QS. An-Nazi'at [79]:46)

Waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi.

Imam hasan basri pernah berkata, "Tidak ada satu hari pun yang menampakkan fajarnya, kecuali ia akan menyeru, wahai anak adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu, aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat."

Waktu merupakan aset paling berharga

Ketika waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kembali dan tidak bisa tergantikan, maka waktu adalah aset yang paling mahal bagi manusia. Dan mahalnya nilai sebuah waktu lantaran ia adalah wadah bagi setiap amal dan produktivitas. Waktu adalah modal utama bagi individu ataupun masyarakat.

Sebagai seorang muslim kita dituntut mengisi waktu dengan penuh kesadaran dan keterarahan. Waktu tidak dilewati dengan kesia-siaan. Dan begitulah seharusnya sifat seorang muslim. Seorang muslim dituntut mengisi waktu-waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat. 

Maka dari itu, pergunakanlah waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat yang nantinya membawa kita ke surganya Allah SWT. Aamiin🤲

Kamis, 15 April 2021

Pojok Kerohanian Part1 ~ Mengejar Makna Hidup✔



Pilihan terbaik untuk seorang muslim tentu saja dengan meletakkan akhirat sebagai tujuan hidup, tetapi tidak lupa dengan kehidupan dunia. Itulah makna hidup seorang muslim yang sesungguhnya. "Mengejar dunia tanpa melupakan akhirat".

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang kehidupan akhirat menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah akan meletakkan rasa cukup didalam hatinya dan menghimpun semua urusan untuknya serta datanglah dunia kepadanya dengan hina. Barang siapa yang kehidupan dunia menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah meletakkan kefakiran dihadapan kedua matanya dan menceraiberaikan urusannya dan dunia tidak bakal datang kepadanya, kecuali sekadar yang telah ditetapkan untuknya." (HR at-Tirmidzi)

Orang yang mengejar akhirat adalah orang yang meraih makna hidup. Sebaliknya, Orang yang lalai untuk mengejar akhirat adalah orang yang kehilangan makna hidup.

Jika melihat seorang ulama yang belajar berbagai kitab kemudian mengajarkan intisari pelajarannya tersebut, maka kita akan melihat ulama tersebut mengajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapat ridha Allah. Bisa jadi, ada pendapat ulama yang berbeda satu sama lain, tetapi perbedaan itu adalah lumrah karena berbagai latar belakang minat dan pendidikan. Sebaliknya, ketika kita melihat orang yang setiap hari bergelimang kekayaan, maka kita melihat begitu minimnya kesadaran akhirat orang tersebut. kita tidak boleh men-judge orang lain salah, tetapi berkomitmen untuk menjadi pribadi yang baik dan cinta akhirat harus diwujudkan semasa hidup.

Kebermanfaatan kita didunia merupakan salah satu bukti bahwa kita sadar akan hari akhirat. Sebaliknya, ketidakbermanfaatan seseorang adalah tanda betapa jauhnya ia dari kesadaran ilahiah yang membuat semakin jauh dari kebenaran.

Islam mengajarkan umatnya untuk mengejar makna hidup yang sejati, yaitu kehidupan yang kekal di surga. Ganjaran surga adalah sebuah konsekuensi dari amal-amal shalih yang telah dikerjakan semasa didunia. Rasulullah SAW sebagai panutan kita mengajarkan agar kita berdoa untuk mendapatkan surga. Surga adalah sebuah tempat yang ideal yang dipersiapkan oleh Allah sebagai balasan atas apa yang dilakukan seorang hamba ketika ia didunia.

Visi surga yang kekal ini harus dimiliki setiap muslim. Kesadaran ini bersumber dari keyakinan akan kekalnya hari akhirat sebagaimana firman Allah SWT, "Wahai kaumku! sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (Sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (QS. AL-Mu'min [40]:39).

Semoga kita semua tergolong sebagai orang-orang yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya. Aamiin 🤲


Rabu, 14 April 2021

Bidang Keagamaan Periode 2021/2022

 



Bidang Keagamaan

Bidang keagamaan merupakan salah satu bidang yang ada di pemerintahan Badan Eksekutif Mahasiswa STIA Cimahi. Bidang Keagamaan ini bergerak dalam ranah keagamaan yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan nilai toleransi antar agama serta mengembangkan nilai-nilai agama yang ada di dalam lingkungan kampus STIA Cimahi.

Struktur Keanggotaan

Ketua Bidang                        : Gilan Gunawan

Staff Bidang Keagamaan     : Yeni Nuraeni

                                                  Suci Hamidah 

                                                  Alfi Fadillah

                                                  Pegi Agustiana

                                                  Nur Indah

Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Keagamaan

·      Mengkoordinir kegiatan-kegiatan keagamaan dalam kampus

·     Melaksanakan kajian-kajian islam seperti, mentoring wajib, kajian islam, dan pengaktifan musholla.

·      Melakukan pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kehidupan religius di lingkungan kampus.

·  Bergerak dalam menumbuhkan kerohanian, untuk mencapai ketaqwaan, keimanan, dan akhlak mahasiswa STIA melalui kajian-kajian ilmu keagamaan.

 

Program Kerja

·       MABIT (Malam Bina Iman Dan Taqwa)

MABIT merupakan kegiatan kerohanian islam, sebagai peningkatan keimanan dan ketaqwaan seorang muslim. Selain itu, MABIT bertujuan untuk meningkatkan rasa kekeluargaan dan mempererat tali silaturahmi antar seluruh masyarakat STIA Cimahi.

·       PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

PHBI adalah singkatan dari Peringatan Hari Besar Islam yang merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh umat islam di seluruh dunia. PHBI ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar seluruh mahasiswa/I STIA Cimahi dan menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

·       Kotak Amal

Menghimpun dana dari infaq dan sedekah dengan menyediakan kotak amal di tempat-tempat strategis. Kotak amal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati seluruh mahasiswa/i STIA Cimahi dalam bersedekah.

·       Gerakan W30H

Gerakan W30H merupakan gerakan membaca surah al-waqiah selama 30 hari berturut-turut. “kata Abdullah ibn mas’ud, rasullullah SAW bersabda : siapa saja yang membaca satu huruf dari kitabullah (al-quran), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan 1 kebaikan dilipatkan kepada 10 semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf,”(HR. At-Tirmidzi).

Tujuan dari gerakan W30H ini juga supaya kita terbiasa untuk membaca al-quran setiap hari juga menambah pahala kebaikan.

·       POKER (Pojok Kerohanian)

POKER (Pojok Kerohanian) adalah kegiatan dengan penempelan rubric islami di mading serta di blog. Dengan tujuan untuk menyampaikan nilai-nilai keislaman dengan harapan tersampaikannya pesan-pesan islami sehingga mahasiswa/I  sadar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

·       KPBEM (Kajian Pengurus BEM)

KPBEM merupakan kajian keislaman yang dilakukan oleh seluruh pengurus BEM STIA Cimahi mengenai kepemimpinan rasullullah dan para sahabat. Kajian ini bertujuan untuk memenuhi input pengetahuan keislaman mengenai kepemimpinan rasulullah dan para sahabat melalui kajian bersama. Dan diharapkan pengurus BEM STIA Cimahi semakin meneladani jiwa kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat.


Pojok Kerohanian Part4 ~ Konsep Berpikir Dalam Islam

        Dalam Alquran banyak ayat memerintahkan untuk berpikir, bahkan sering menyindir dengan keras mengapa manusia jarang sekali berpikir ...